Rabu, November 12, 2008

Begini Salah Begitu Benar

Ehem...

Bukan postingan yang direncanakan mengingat saya ini baru kelar mengerjakan jobdesk tim kreatif buat Dies Natalis IMA-G yang ke-57. Jadi, niatan saya main ke kosan pacar adalah untuk mencetak foto-foto yang untuk analisis lahan -hari gini baru analisis lahan, kamana aja lo, gHee?-. Nah, niatan itu melenceng setelah saia malah dengan asyiknya mengunduh lagu Dewi-Dewi yang bertajuk 'Begini Salah Begitu Benar'. Awalnya memang tidak ada yang spesial dengan lagu ini kecuali video klip-nya yang agak 'mengundang' pikiran yang iya-iya itu.

What a lucky brat, Mr. Tio Pakusadewo.. :D

Well, bukan adegan super romantis di kolam renang ataupun siraman red wine yang seksi itu yang mau saya bicarakan, melainkan makna di balik lirik lagu ini. Video klipnya saja diawali dengan tiga wanita yang sedang bersedih di depan makam satu pria-lebih dari cukup kalau lagu ini tentang cinta segiempat. Yap, percintaan rumit dimana yang terlibat adalah satu pria dan tiga wanita. Biar tidak ada missunderstanding di sini, mari kita tilik dulu lirik lagu berikut ini.

BEGINI SALAH BEGITU BENAR

aku bahagia dengar kata cintamu
tapi aku sedih menerima kenyataan
bahwa tak hanya diriku yang menjadi milikmu
bahwa tak hanya diriku yang menemani tidurmu
bahwa tak hanya diriku ada di hatimu selamanya

ini begitu salah tapi ini juga
begitu benar untuk aku yang dilanda
cintamu yang terus membakar aku
cintamu yang akhirnya membunuhku

aku bahagia dengar kata cintamu
tapi aku sedih menerima kenyataan
bahwa tak hanya diriku yang menjadi milikmu
bahwa tak hanya diriku yang menemani tidurmu
bahwa tak hanya diriku yang slalu ada di hatimu selamanya

bahwa tak hanya diriku yang menangis
saat kau terpisah denganku
bahwa tak hanya diriku yang terbunuh
saat kau ada bersamanya

ini begitu salah tapi ini juga
begitu benar untuk aku yang dilanda
cintamu yang terus membakar aku
cintamu yang akhirnya membunuhku

ini begitu salah tapi ini juga
begitu benar untuk aku yang dilanda
cintamu yang terus membakar aku
cintamu yang akhirnya membunuhku

ini begitu salah tapi ini juga
begitu benar untuk aku yang dilanda
cintamu yang terus membakar aku
cintamu yang akhirnya membunuhku


Nah, begitulah lirik dari lagu yang saya sukai ini.

Heran, saya ini paling benci dengan cinta segitiga. Mau bentuknya perselingkuhan, poligami, sekalipun para pelaku cinta segitiga itu rela dengan keadaan tersebut, saya tetap tidak rela. Maksudnya, saya tak mau terlibat lagi dengan cinta dimana ada orang ketiga, karena cinta macam ini tidak hanya melukai si orang ketiga. Pada satu titik, ketiga pihak akan sama-sama sakit. Ketiga pihak akan merasa bersalah, atau apapun namanya, pokoknya... -bingung bagaimana lagi mendeskripsikan sakitnya berada dalam keadaan cinta segitiga-

Kalau ada satu pria dua wanita, biasanya wanita kedua akan dicap cewek penggoda. Atau cowoknya dicap mata keranjang. Mungkin sebenarnya tidak sesepele itu. Bisa saja cewek pertama yang 'bermasalah', seperti sudah bosan sama cowoknya, atau overprotektif sama cowoknya. Bisa saja cewek kedua ini bukannya sekedar selingkuhan, tapi 'a right girl on the wrong time', atau 'a wrong girl on the right time'. Karena si cewek kedua ini yang ada di saat si cowok membutuhkan seseorang, bukan cewek pertamanya. Katakanlah, cinta datang karena biasa, atau sering dibilang 'pelarian'. Kalau sudah begini, si cewek pertama akan sakit hati karena dikhianati. Si cewek kedua akan sakit hati karena menyangka dirinya pelarian. Dan si cowok, dia akan sakit karena kehilangan keduanya. Setidaknya, dia nggak akan pernah bisa mengembalikan hubungan ke taraf 'baik-baik saja'.

Kalau sudah begini, siapa yang salah, siapa yang benar?

Lain cerita kalau memang dasarnya si cowok itu mata keranjang, ya. Beda lagi ceritanya. Tapi terkadang, ada keadaan dimana si cowok ini tidak bisa melepas keduanya. Namun di satu titik, dia dituntut untuk memilih salah satu saja. Banyak yang bisa mempertahankan salah satu, beberapa yang kehilangan keduanya, dan sedikit yang mampu mendapatkan keduanya. Nah, begini ini yang berlanjut ke arah poligami. Namun bicara soal cinta, tak akan pernah ada manusia yang bisa adil dalam hal cinta. Tidak ada satupun, sekalipun Rasulullah, pastilah ada satu orang saja yang memiliki tempat paling spesial. Nah, kan? Cinta segitiga selalu menuntut satu korban untuk sakit hati. Tiga orang akan sakit, namun ada satu yang paling sakit.

Kalau dua wanita dan satu pria, satu wanita akan merasa terbuang. Satu wanita dua pria, ini tidak mungkin dipertahankan mengingat harga diri pria yang tinggi, sebenarnya. Dan poliandri haram hukumnya, karena itu kasus seperti ini biasanya berakhir dengan dua cara saja. Lepaskan keduanya, atau pilihlah salah satu. Yang bukan pilihan, sudah tentu dia yang memendam luka paling dalam. Karena itu, cinta segitiga memiliki daya tarik tersendiri. Mulai dari coba-coba, taruhan, pamer, sampai benar-benar jatuh cinta pada yang kedua. Kalau sudah begini, menurut kalian, sebagai cewek pertama, apa yang akan kalian lakukan?

Cinta segitiga merupakan kesalahan.

Namun bisa juga begitu benar, ketika cinta mengalahkan logika kita. Mungkin sebagian besar akan menganggap hal ini omong kosong. Sebagian besar orang di luar sana akan mengatakan dengan mudah, 'tinggalkan saja si X, toh dia sudah punya pacar', atau, 'plis deh! lo mau pacar lo direbut sama si cewek centil jurusan Y itu?'. Terkadang, kata perpisahan alias putus mudah sekali dilontarkan sebagai jalan keluar. Namun kembali ke pasal 'cinta mengalahkan logika', maka biasanya wanita rela berbagi cinta mereka dengan wanita lain dengan alasan, 'saya bahagia melihat pria saya bahagia. Bila kebahagiaan itu bisa didapatkan dari wanita lain, saya rela. Namun saya masih ingin berada di samping dia.', dan berakhir dengan poligami.

Lah, nyasar ke poligami. Kejauhan.. Niatnya sih nggak mau ngomongin ini. Tapi yah, begitulah mungkin cikal bakal orang-orang memutuskan hal itu. Mungkin juga karena jumlah wanita yang makin hari makin banyak saja? Entahlah, namun di sekitar saya saja, peristiwa macam ini lumayan banyak. Sekarang, saya tidak bisa lagi men-judge seenak perut soal cinta segitiga. Karena ada keadaan dimana seseorang tak mampu memilih. Ada kondisi-kondisi tertentu dimana seseorang harus rela melihat orang yang dicintainya dibahagiakan oleh orang lain. -kok jadi mellow gini yah?- Saya tidak pernah berharap hal seperti ini terjadi pada saya yang sudah cukup memakan asam garam di dunia cinta segitiga. Sakit. Sakit rasanya melihat orang yang saya suka tertawa dengan perempuan lain. Kadang bertanya, kenapa bukan saya yang menjadi alasannya tersenyum?

Well, itu masa lalu :)

Rasanya sudah lama sekali. Tapi kalau bukan karena kejadian seperti itu, saya rasa saya tak akan sebegini dalam melihat kasus percintaan. Banyak orang yang tidak bisa obyektif dalam menyikapi cinta segitiga. Kenapa orang ketiga selalu disalahkan. Kenapa selalu menyalahkan kondisi dan waktu, padahal yang lebih patut disalahkan adalah komunikasi yang kurang dan tak ada usaha untuk memperbanyaknya? Terkadang, seribu 'kenapa' tak bisa cukup dalam menjawab permasalahan hati. Seringkali, pandangan sempit kita berakhir dengan menyalahkan satu pihak saja. Percayalah, cinta segitiga terjadi karena kesalahan dari ketiga pelakonnya.

Dalam satu kalimat, cinta segitiga adalah hal yang salah namun hal yang benar. Dia bisa menjadi hitam dan putih dalam satu waktu. Mampu berperan baik dan buruk sekaligus. Yah, semakin kesini, batasan moral semakin blur. Manusia mempunyai hak tak terbatas dalam melakukan apapun. Kembali ke permasalahan perempuan kedua, dimana dia orang salah di waktu yang benar atau orang benar di waktu yang salah. Dalam suatu kondisi perempuan ini bisa menjadi malaikat. Di lain keadaan, perempuan ini bisa menjadi bencana. Namun, memangnya ada cinta segitiga yang berakhir dengan indah? Sepanjang saya hidup, belum pernah saya melihat sesuatu yang berwal buruk berakhir dengan baik. Kembali saja ke diri masing-masing, dan bertanya dengan hati.

Pertanyaan soal cinta segitiga tak sebatas benar atau salah, namun lebih dari itu.

Karena orang ketiga juga bisa menjadi, 'orang yang benar di waktu yang benar'.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

*.......*

(baca berat2 pas ngantuk=ga nyambung)

Randi Saputra mengatakan...

Wew.. ngomongin cinta segitiga.. sedikit teringat pada masa lalu, ahaha.. memang menyakitkan, apapun alasannya.. setidaknya hal itu bisa menjadi pelajaran, agar kita tidak melakukan hal yang sama pada orang yang kita sayangi..

Bicara lebih jauh, adalah naluri manusia untuk merasakan kasih sayang.. manifestasinya bisa dari keluarga, teman, sahabat, dan tentu saja kekasih.. tentu saja kita semua tahu dan setuju kalau keluarga, teman, dan sahabat itu masing-masing melibatkan lebih dari satu orang.. tapi kalau kekasih, apakah bisa menerima jika lebih dari satu orang?

That's why God creates Adam and Eve, not Adam and Steve.. *ups, salah.. ini beda konteks* hehe.. tapi yang jelas, sudah fitrahnya manusia untuk berpasangan.. dan dalam pelajaran bahasa kita semua tahu kalau satu pasang itu berarti dua, bukan tiga apalagi empat.. jadi, apakah benar cinta segitiga itu bisa menjadi benar?

*setelah dipikir-pikir, kayaknya agak melenceng dari topik.. tapi tak apalah, anggap saja sebagai masukan tambahan..*
^^v

Anonim mengatakan...

Cinta segitiga yaaa, hahaha. Kalo jujur sih saya merasa diduakan kayak begitu, walaupun... apa ya? Nggak tampak gitu deh. Yaa, maksud saya, yang sadar saya sedang diduakan ini cuma saya seorang, dan orang-orang lain dengan ringannya menganggap saya cuma jealousy biasa. Kadang sedih juga. >w<

Nah loh, saya malah curhat di sini, hahaha. Abis saya tersentuh sih. xDD

Melangkah Bersama Pejuang Kertas © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!