Senin, November 03, 2008

Sebuah surat ancaman, tertuju kepada MASASHI KISHIMOTO!


Ehem.

Saya bukan pecinta anime maupun manga Naruto. Saya hanya suka kompleksitas hubungan yang terjadi di antara pemerannya. Baik itu jalinan persahabatan, ikatan batin antara guru dan murid, juga kisah cinta tersirat di dalamnya. Jujur saja, komik Naruto yang saya baca hanya volume 1-17, loncat ke 27 (tentu saja karena saya ngotot ingin membaca Kakashi Gaiden) dan 30. Sekedar informasi, saya bahkan tidak tahu muka Danzou seperti apa kalau tidak iseng mencari di Wikipedia. Yah, singkatnya saya bukanlah pecinta Naruto.

Tapi saya sangat—sangat—sangat—mencintai karakter Kakashi Hatake dengan segenap nafsu sebagai perempuan biasa yang demen ama mas-mas ganteng.

Tahu darimana Kakashi ganteng? Bukannya wajahnya hanya tampak seperempat bagian saja? Nah, itu dia yang membuat saya tergila-gila. Muka tiga perempat ketutup saja dia terlihat tampan, bagaimana jadinya kalau wajah Kakashi terlihat semuanya? Niscaya kita akan kecewa karena—bisa jadi—wajah sebenarnya tak sesempurna yang kita bayangkan. Siapa tahu ternyata idola hati pujaan jiwa saya itu ternyata sumbing, tonggos, ompong, dan sebagainya? Daripada hati mencelos, mending biarkan saja sosok Kakashi yang utuh tetap menjadi misteri.

Nah, sebagai perempuan yang biasa-biasa saja dengan anime ini, saya juga tidak punya alasan kuat untuk mengikuti cerita ini. Biasanya juga saya membaca malas-malasan dan lewat-lewat saja. Namun tidak setelah saya membaca chapter 420 di mana Kakashi bela-belain datang mengantar nyawa pada Pein hanya demi menolong Iruka. Mulai dari chapter ini, saya mengikuti keberlanjutan pertarungan mereka berdua. Sejak awal, saya sudah siap dengan adegan miris dimana Kakashi kalah melawan Pein. Well, ternyata memang hati saya belum sekuat itu untuk menerima kenyataan yang pahit.

Ahem, berlebihan sih.

Lalu datanglah e-mail dari seorang teman yang berisi, “gHee, sudah membaca chapter 423?”. Karena saya penasaran, akhirnya saya membaca. Memang, apa kata Ambu benar—perihal sosok Kakashi yang babak belur hanyalah bunshin. Eh, ternyata lagi. Akhirnya Kakashi yang asli toh terkapar juga di tangan Pein. Choji cs sudah entah bagaimana kabarnya. Chapter 423 ditutup dengan adegan siluet Kakashi yang agaknya—tertembus paku yang dilontarkan dengan kecepatak tinggi oleh Pein. Plus, kata-kata terakhir : the last thing left for Kakashi is?

Dan saya hanya bisa cengok saja di depan layar komputer dengan mata nanar dan mulut membuka tak berdaya. Sedetik, hanya bisa diam tanpa suara. Dua detik, mata mulai mengerjap ala orang ayan. Tiga detik, saya mengeluarkan suara yang kira-kira, “hheeehhh?”. Empat detik, pacar saya mulai curiga kalau saia terserang stroke mendadak. Lima detik, barulah saya teriak histeris dengan mata berkaca-kaca. Dilanjutkan dengan adegan dramatisir dimana saya memeluk monitor dan berkata, “Kakashi, jangan mati.. Please.. Kenapa sih tokoh ganteng selalu mati duluan? Hah? Nanti Iruka siapa yang ngejagain...?”

Trust me, hal ini benar-benar terjadi.


Well, sejujurnya, waktu saya nonton X/1999 dengan adegan Subaru memeluk mayat Seishiro, saya juga nangis sambil memeluk monitor. Sesenggukan sambil bilang, “Subaru, sabar.. Subaru jangan nangis..”, yang berlangsung kira-kira tiga detik. Mana saya sangka hal seperti ini terulang lagi saat saya melihat adegan cliffhanger parah sumpah dari Om Masashi. Sementara saya nahan nangis dan memeluk monitor dengan perasaan sakit, pacar saya lanjut menonton acara debat politik di MetroTV. Ah, tentu saja dia sudah sangat mengerti betapa hiperbolis kekasihnya ini.

Karena Om Masashi sudah berhasil membuat saya depresi sekian menit (teringat tangisan pertama saya untuk manga Naruto jatuh di adegan kematian Haku dan Zabuza), saya memutuskan untuk mengganti 250 surat cinta dengan 250 surat ANCAMAN! Sudah senang-senang ada adegan KakaIru, kenapa malah Kakashi-nya dibuat kayak gitu? Apakah Om Masashi terinspirasi ‘I Am Here’ karya saya sampai-sampai Kakashi beneran dibikin mati dengan cara tidak elit? Oh, Tuhan... Bukakanlah hati Om Masashi, buatlah dia tergerak hatinya agar Kakashi nggak jadi mati, ya Tuhan.... –nyusut ingus yang keleleran-

Walau saya pernah bilang, kalau saya sudah menyiapkan satu oneshot untuk menghormati kematian Kakashi—kalau benar Pein membunuhnya—tetap saja rasanya... HIKSSS...

3 komentar:

ambudaff mengatakan...

Wekekek! Kalau memang Kakashi plus, marilah kita menangis bersama-sama. Ambu menangisi Severus Snape, dan gHee menangisi Kakashi. Dan biarkan pasangan kita menyaksikan MetroTV dengan serius :P

Bang Ganteng mengatakan...

hmmm, lebay gila nih postingannya wok wok wok

kakashi lemah ah,wajarlah klo mati lawan pein

Anonim mengatakan...

dasar Narutard (II-__-)

Melangkah Bersama Pejuang Kertas © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!