Selasa, November 18, 2008

Firasat dan Irama Bang Toyib

Ya, sebuah lagu dari Marcell yang kini sudah menemukan pasangan hidup barunya. Setelah perceraiannya dengan Dewi Lestari, agaknya pelantun lagu ballad ini makin bahagia saja senyumnya. Setidaknya, begitulah yang saya baca di tabloid entertainment pagi ini. Tentu saja bukanlah si pemilik rambut keriting nan eksotis itu yang akan saya bahas di sini, namun satu paragraf saja dari lagu yang menjadi judul tulisan saya kali ini.
-
Tentulah semua orang pernah mendengar lagu lawas tersebut. Tidak hafal semua kata-katanya, setidaknya pasti pernah mendengar reff lagu yang mendayu-dayu ini.
-
Cepat pulang, cepat kembali
Jangan pergi lagi~
Firasatku ingin kau 'tuk...
-
Sudah sekitar satu minggu sejak kepergian pria yang penting bagi diri saya ini. Yah, mungkin tidak bagi saya, tapi beberapa teman seperjuangan saya pun mengakui kehilangan dia semenjak keputusan itu membawanya pergi jauh. Jauh, sangat jauh sehingga nyaris tak terjangkau. Dia kini sedang berada di sana, belahan benua lain yang terpisah oleh beberapa samudra. Saya tidak mengerti dengan dirinya yang memutuskan untuk pergi begitu saja, entah kenapa rasanya keputusan yang diambilnya begitu mendadak dan menyakitkan.
-
Dia meninggalkan saya dan teman-teman saya dalam ketidakpastian. Tidakkah dia tahu kalau saya hancur tanpanya? Tidakkah dia sadar kalau kepergiaannya mengombang-ambingkan saya dalam kegalauan amat sangat? Beberapa hari yang lalu saya hanya bisa meratap kesal, berharap dia akan cepat pulang dan berada di samping saya dan teman-teman saya lagi. Walau terkadang dia menyebalkan karena maunya yang sulit ditebak, walau dia selalu seenaknya dengan waktu, walau dia hanya bisa menyisakan sedikit waktunya, namun jujur saja... Saat dia pergi adalah saat paling membuat saya dan teman-teman saya kehilangan pegangan.
-
Benar kata orang, kita baru akan merasa membutuhkan seseorang ketika seseorang itu sudah tidak ada.
-
Cepat pulang, cepat kembali
Jangan pergi lagi~
-
Kapan dia akan pulang?
Kapan dia akan berada bersama kami lagi?
kapan dia akan mengobati kegundahan kami?
-
Pak Indraaa... Cepetan kembali dooonggg!!!!
-
Bapak tega melihat anak-anak bimbingan AR4000 bapak menderita seperti ini? Kami beneran pusing harus mengejar dosen lain yang juga sibuk dengan anak-anak bimbingan mereka. Mana kami dapat bonus dampratan dari oknum AAA, pula~
-
Kami sangat merindukan (asistensi) Bapak! Kami juga menunggu (oleh-oleh) Bapak! Kami beneran kayak anak ayam piyo-piyo yang sibuk karena induknya hilang. Kami tidak tahu mau berbuat apa. Bapak bilang, Bapak belum pasti akan pergi ke Kongo, eh, Bapak beneran pergi tanpa dadah-dadahan lagi. Tanpa salam, tanpa pesan dan kesan, tiba-tiba angin pun membawa bayangan Bapak menjauh. Bersama itu juga, kertas asistensi kami rasanya ikut pergi bersama langkah Bapak yang tak lagi tergapai. Lalu, bagaimana kami harus menghadapi preview III, Bapak? Preview terakhir sebelum kami akan berkutat dengan autocad? Bapak kan tahu, saya ini baru bisa line ama rec doang!!!!!!
-
Bapak, pulanglah...
Kami tidak tahan lagi dengan kesendirian ini. Kami selalu ditakut-takuti oknum AAA dengan berbagai bentuk intimidasi dan ancamannya. Dia sangat menakutkan, Pak. Dan tanpamu, kami tak ada tempat berlindung. Kumohon, Bapak... Pulanglah... Anakmu menununggumu...
-
Pak Indra, Pak Indra~
Kenapa, nggak pulang-pulang?
Anakmu, anakmu, rindu ingin bertemu~
Pak Indra, Pak Indra~
Kenapa nggak pulang-pulang?
Anakmu, anakmu, panggil-panggil namamu~

1 komentar:

Randi Saputra mengatakan...

Yeee..
kirain teh siapa pria penting itu, eh ternyata pak Indra.. haha.. emang sih, seorang dosen itu menjadi penting terlebih bagi kita para mahasiswa.. tapi tenang saja, badai pasti berlalu.. cepat atau lambat beliau pasti kembali dari belahan benua lain untuk menemui anak-anaknya yg paling dicintainya, mewarnai hidup bersama kembali setelah beberapa waktu terpisah jauh oleh daratan dan samudera.. *halah*

Melangkah Bersama Pejuang Kertas © 2008 | Coded by Randomness | Illustration by Wai | Design by betterinpink!